Senin, 06 Desember 2010

Hide Me in Your Holy Wounds

and i will found my peace, for rest of my life

Hidup saya hari ini dilanda oleh campuran perasaan dan mood yang bermacam-macam.
Hal ini cukup membuat keadaan psikologis aya cukup labil.

saya emang tidak berbuat aneh, berdelusi atau berhalusinasi seperti orang schizophernia (karena memang saya tidak menderita schizophernia!) tapi emosi saya cukup aneh, dan peasaan saya tidak tenang. Mood saya hari ini diwarnai dengan perasaan marah, bosan, gembira dalam porsi yang cukup sedikit, iri hati, sakit hati karena menerima kenyataan pahit, iri hati lagi, jijik, kecewa pada dii sendiri, menyesal, dan berbagai macam gabungan yang tidak menyenangkan.
semua hal tidak menyenangkan ini dimahkotai dengan kejadian terlambat ngesel. ultimate sudah. walaupun saya tidak berada dalam titik terburuk dalam kehidupan... hmmm bahkan masih sangat jauh dari keadaan terpuruk. kombinasi semuanya sangat menyebalkan dan...
saya tidak tahu kata yang tepat untuk menggambarkan perasaan aneh yang kurang membahagiakan ini.

sejujurnya dalam sel saya seolah tidak mendapatkan apa-apa, apalagi saya lalai membaca buku panduan kitab suci... lengkaplah sudah.
sepertnya seelah pulang ngesel... there's nothing to make me impress. at all. AT ALL.

tapi jalan pikiran saya tidak sama dengan jalan pikiran Tuhan. justru di akhir hari yang aneh inilah, Tuhan mau memberikasuatu berkat yang membuat saya bersukacita.
sel hari ini selesai pukul setengah sepuluh. saya menitipkan sepeda motor di rumah Vero, dan waktu mengambilnya, mamanya Vero tiba-tiba nyeletuk "aku capek hari ini, aslinya sih masih mau ikut ibadah malam penutupan adorasi..."

ADORASI

Untuk yang tidak tahu apa itu Adorasi, adorasi adalah pentahtaan sakamen Maha Kudus, yaitu hosti yang telah dikonsekrasi menjadi Tubuh Kristus. Hosti iniumumnya berukuran lebih besar daripada hosti-hosti mungil yang biasanya dibagikan untuk komuni. (ukuran bukan masalah, karena yang lebih besar ini ditujukan agar lebih mudah dilihat oleh para adorator)
Hosti ini kemudian ditahtakan dalam sebuah Monstrans (tempat hosti dekoratif) dalam sebuah ruangan (tenyu saja ruangan adorasi) untuk keudian disembah oleh para adorator (sekaligus merefleksi dan merekoleksi diri akan cinta Tuhan yang sungguh besar sehingga selalu ada alasan untuk bersyukur)

upacara penutupan pentahtaan sakramen mahakudus inilah yang dimaksud mamanya Vero. saya mengingat-ingat... tampaknya sudah lama sekali sejak saya terakhir kali beradorasi, saya berpikir, kenapa tidak? karena walaupun tidak ada mukjizat atau keajaian yang terjadi secara gamblang di depan mata, setelah pulang dari melakukan adorasi, mood saya yang labil dan buruk pasti menjadi jauh lebih baik, segalanya tampak indah, dan yang terpenting, saya kembali merasakan sukacita.
waktu itu, Regina nuut sya, dan Christianto juga nitip sepeda motor di rumahnya Vero, maka saya ajak mereka sekalian untuk beradrasi.

saat masuk griya adorasi dan melakukan penyembahan, saya tidak merasakan perubahan apapun secara signifikan (tapi saya tahu, Tuhan bekerja dalam cara-cara misterius dan tersembunyi). saya menatap roti bundar dalam mnstrans itu. itu adalah tubuh Kristus, daging sang juruselamat dunia. pada mulanya, seperti ritual ibadah pada umumnya, saya ingin melontarkan puji-pujian dan rasa syukur. tapi segala pujian terasa hampa, semuanya tampak seperti lip service dan super gombal. pada kenyataannya,saya masih belum bisa menempatkan Tuhan Yesus Kristus dalam tempat pertama di hati saya.
saya tercelikkan. semua perkatan jujur yang dapat saya katakan adalah rasa syukur, entah untuk apapun, yang penting saya bersyukur. kemudian pertobatan. kemudian, saya hanya dapat mengatakan, "Tuhan Yesus, Engkau tahu, aku mencintaiMu"
pada faktanya, memang saya mencintaiNya, saya tidak dapat mengukur seberapa besarnya... tapi memang perasan cinta itu ada.

dalam ibadah, sambil menyanyikan lagu-lagu pujian dan mazmur, sesekali saya memandangNya. saya tahu Tuhan mencintai saya. lagu-lagu mazmur dan doa-doa itu sungguh menjadi penghiburan bagi saya. Tuhan melakukan mukjizat-mukjizatNya dalam hal-hal yang tak pernah saya duga. ada sebuah litani yang sangat menghibur saya. bagian dari litani itu berkata:

"Dalam LukaMu yang Kudus, sembunyikanlah aku"
saya sungguh merasakan, bagaimana Tuhan menyembunyikan hati dan iman saya terhadap segala kekuatiran dan ketakutan, serta deraan mood tidak menentu yang menyiksa. semua rasa kecewa, iri hati, sakit hai, kemarahan dan sebagainya, tertinggal sebagai pengetahuan dalam pikiran saya. sebuah pikiran yang tidak lagi mengusik hati maupun perasaan saya. dalam ketenangan itu, saat memanang tubh Kristus sekali lagi, saya merasakan saat roh saya tidak lagi dikuasai oleh pikiran dan mood.
saya merasakan sebuah suara yang lbut muncul dalam hati saya, sebuah kta-kata yang tidak saya rencanakan dalam kepala untuk saya katakan. sebuah perkatan yang menjadi submission saya kepadaNya:
"Tuhan Yesus yang kudus, sucikanlah jiwaku" saya tahu, tu adalah roh kudus di dalam hati yang berbicara. dia engatakan sesuatu untuk kebahagiaan jiwa abadi saya. suatu harapan untuk berkumpul bersa Tuhan di surga kelak. sesuatu yang kaang cukup mengerikan untuk dipikirkan (pernah saya berpikir, apakah tidak membosankan... errr.... mengerikan... apabila di surga nanti yang kita semua kerjakan hanyalah memuji-muji Tuhan sepanjang segala masa (yang mengerikan bukan memuji Tuhannya, tapi kemonotonannya))
namun yang dikatakan oleh roh itu tampaknya menyadarkan saya. saat ini saya merasakan bahwa hal itu membosankan, bahkan mengerikan, karena saya masih hidup dalam darah dan daging, dan kadang kedagingan yang fana masih menguasai saya, tapi kelak, semuanya di surga akan berbeda. itu yang saya imani, dan diteguhkan oleh suara tersebut.

saya tidak pernah tahu kapan mukjizat itu terjadi saat saya beradorasi, tapi memang bukankah seharusnya begitu?
karena Tuhan bekerja dalam cara-cara yang ajaib dan tak dapat dimengerti.
Ibadah adorasi yang hanya setengah jam itu telah memulihkan kekacauan mood saya sepanjang hari. bahkan kedua teman saya yang baru pertama kali adorasi di tempat inipun measakan hal yang serupa. kami tidak pernah tahu, kapan mukjizat itu terjadi, kapan Tuhan datang dan menjamah kami secara privat, tapi kami semua tahu, Tuhan telah hadir, dalam pentahtaan roti yang sederhana itu.
Dia menjamah setiap kami yang memandangNya, menetap di hati kami, dan menciptaan perasaan damai dan sukacita.
sukacita yang mendalam, yang menuntun saya untuk menuliskan kesaksian ini.
Haleluya!