Senin, 26 April 2010

God put a smile on my face

that's why i shuld put a smile on His face also

Today, i'm take part in Ming2 sel group. i'm forget is it group I5 or I6, i don't care.
The member of that group was very young teenager, most of them just pass junior high school... and they are very very very diligent to do praise and worship everyday, i think complete with reading bible, and blessing prayer...
honestly, by seeing them, i feel like stranger in my own community.

i'm forget when is my last time do private praise and worship, i'm just too lazy to do that, apart from any reason, if i don't have much time, or my assignment and project was as high as mount everest. honestly,i'm just too lazy to take a little time with Jesus, sing His praise, etc.... God, forgive me.

They, those youth, make me... i think i'm envy them, for their spirit... though i don't have any reason to be envy... i'm just like them in four - five - six years ago. i used to be a good boy, literary, and i do those rite, and feel joy in my quiet time with my lovely Jesus. i used to be that boy... but time change, time flies, and those rite... seems as very strange rite for me...

i feel like stranger, my persepctive has changed... i see my religious friend as something freak, and my religious mentor is freak above freak... (i mean 'freak' in religious conotation), besides, i'm realize, i'm the freak one... and i love to be freak, you all know it.

And today, i know, there's something wrong inside me. i don't want to be stranger anymore... i just don't realy enjoy... the time when i'm singing praises with them... oh damn! i'm a servant! i do serve! i am singer, i do play! i feel like bastard... i don't give my best... okay, i do speak bad word, blasphemy, doing harrasment, maybe i'm motivate someone to do something negative, and laugh on it. when i see my face in the mirror, i see a guy with 'mentesek' face... and... maybe there's no light of Christ on it. I've been a sinner, i've been a scamp. but 1 thing i know, though i'm so bad,
God loves me
God forgives me

every morning, my first prayer is, " Lord, good morning, thank you for this new day and your grace that saved me in my sleep... Lord, made me your servant, let me be your light, protect my holyness, let me be your son, whose can put a smile on Your face, as You did it to me"
maybe i do that just for lip service.... i love Jesus, but just don't give my best, that's my problem... i know how to solve it. BE DILIGENT!
i'm just too lazy, SO DON'T BE LAZY!
I know... i just know, because i sure that holy spirit, still live inside my heart, and she said, DON'T BE LAZY.....

I Love Jesus...
I don't promise, that i won't be lazy anymore, it's too hard, but i can say... i will try it again. it's hard and hurts, it needs sacrifice...
Lovingt Jesus is Sacrifice...

and okay, maybe this one is Strange post for PornoPurple... but myfriend, i really love Jesus, and i want realize my morning prayer, for sure

"Lord, made me your servant, let me be your light, protect my holyness, let me be your son whose can put a smile on Your face, as You did it to me"


Peace of Christ

Kamis, 08 April 2010

Gorgon


untuk seorang sahabatku

Old Linda (O) – 52
Linda (L) - 17
Philio (P) - 16
Ishak (I) - 24

Act 01. Tanggung Jawab

(di sebuah ruangan dengan cahaya remang-remang, ada sebuah kursi malas. O duduk dengan santai di kursi itu, dan P bersandar di pangkuannya. O membelai-belai ramput P. P menyentuh tangan O dan menciuminya)
P: ini aneh, aku tahu ini sangat aneh, irrasional, gila, tapi bukankah cinta adalah kompilasi dari segala hal yang tidak wajar tersebut?
O: dan kita adalah contoh personifikasi dari segala ketidakwajaran itu, nak…
P: aku bukan anakmu, jangan panggil aku ‘nak’ aku adalah kekasihmu… Linda
(O meraih sebuah apel di sampingnya)
O: Hawa membawa Adam dan seluruh dunia jatuh ke dalam dosa dengan menawarkan buah terlarang kepadanya… dan malam ini, aku menawarkan buah yang sama kepadamu… Philio, kekasihku, akankah kamu memakannya?
(P meraih tangan O, mendekatkan apel itu ke wajahnya, mengamatinya, menciumnya, menciuminya)
O: dan, apakah kamu tidak akan melemparkan tanggung jawabmu… dengan memakan buah ini… kepadaku.. seperti Adam melemparkan tanggung jawabnya kepada Hawa?
(P mengangkat matanya dari apel itu, memandang O)
P: Tanggung jawab kita, bu Linda…
(P menggigit apel itu dengan satu gigitan besar)

Act 02. Tragedi adalah komedi yang bertopeng muram

(di sebuah ruangan remang-remang, di atas sebuah kasur. I telanjang dada bersandar di sandaran kasur dan bantal, L berbaring di atas pahanya. Tatapan mereka kosong. I membelai-belai rambut dan wajah L. L memandang wajahnya dan tersenyum, I balas tersenyum. L bangkit, memandang wajah I)
L: pak guru, Ishak-ku kamu tau, aku menyayangimu
(I diam, meraih tangan L, mencium tangannya, dan pergelangan tangannya)
L: dan aku tahu, kamupun menyayangi aku
(I mengangkat matanya dan memandang wajah L dalam-dalam)
I: hidup adalah sebuah komedi, aku akan tersenyum, tertawa, terpingkal-pingkal, untuk setiap komedi yang bagus… dan sekarang, aku harap kamu mau tertawa bersama aku, karena komedi ini… komedi kita malam ini, akan bagus sekali.
(I mengeluarkan sebuah apel dari dalam selimutnya)
I: makanlah
L: bagaimana kamu tahu kalau ini hanya akan jadi komedi? Bagaimana kalau ternyata ini adalah sebuah melodrama? Dengarkan… jantungku berdetak kencang karena ini! Atau tidak takutkah kamu, kalau ini akan jadi sebuah tragedi? Yang akan kita tangisi pada akhirnya?
I: melodrama tahi kucing, itu hanya untuk gadis-gadis kecil yang sedang kasmaran, tidak realistis! Sedangkan tragedy… tragedy adalah komedi yang mengenakan topeng muram…
(I terseyum)
I: bagiku, tragedy tetaplah komedi… dan sekarang, makanlah, ini adalah buah pengetahuan, akan segala yang perlu kamu ketahui tentang indahnya hidup… dan sebagai gurumu… aku wajib mengajarkannya kepadamu… mengajarimu betapa nikmatnya daging buah ini…
L: Aku sayang kamu… terlepas ini adalah tragedy atau komedi… Ishak, aku sayang kamu
(L menggigit apelnya, ragu-ragu, dalam gigitan-gigitan kecil. I menggigit sisi satunya)
I: bukankah ini komedi yang menyenangkan Linda?

Act 03. Tanpa Tanggung Jawab

O masih di atas kursi malasnya dengan rambut acak-acakan, dan baju tidak rapi. P terbaring, agak bersandar di kursi itu, dengan rambut berantakan, kemeja terbuka separuh, wajah dan dadanya penuh bekas lipstick. Tangan mereka bergandengan. Sebuah apel yang sudah habis dimakan tergeletak di sebelahnya.
O: bukankah ini komedi yang bagus, Phili?
P: kalau begitu, kenapa kita tidak tertawa?
O&P: (tertawa keras-keras, sampai berguncang) hahahahahaha…….
P: Linda… menyenangkan sekali… aku berharap hal semacam ini… komedi seperti ini akan sering terjadi
O: hahahah…(tawanya mulai surut) kamu yakin? Kamu yakin dengan kata-katamu barusan?
P: bagiku.. ini bukanlah sekedar komedi… ini… adalah komedi romantis, yang selalu berakhir happy ending… tidak peduli seberapa aneh, irasional, dan gilanya kita… Lindaku tersayang…
O: tahi kucing semua itu, nak! Ini adalah komedi, dan akan tetap menjadi komedi… kamu lihat, umur berapa Lindamu tersayang ini? 52 tahun! Dan kamu? Anak kecil berusia 16 tahun? Kamu bahkan masih belum bisa kencing tanpa mamamu!
P: tapi aku laki-laki! Dan aku sudah bilang, segala yang terjadi adalah milik kita, dan tanggung jawab kita!
O: hahaha, bahkan kamu tidak tahu apa itu tanggung jawab!
P: segala hal yang anda katakan tadi… adalah tentang tanggung jawab, bu Linda!
O: …aku… bahkan sampai setua ini… aku masih belum paham benar apa itu tanggung jawab… sama seperti saat aku berusia 17 tahun… saat aku, untuk pertama kalinya merasakan buah itu… aku… aku hanya tahu, seharusnya laki-laki akan mempertanggungjawabkan segala perbuatannya… padaku… pada segala hal… tapi, kadang segala hal tidak berjalan seperti seharusnya… entahlah, lupakanlah nak, hidup kan hanya sebuah komedi”
P: komedi…? Mungkin juga… tapi komedi romantic tetap terdengar lebih manis untuk kita… sejujurnya…. Apa itu tanggung jawab? Hahahha.. saat aku memikirkannya… ternyata memang aku tidak tahu Linda… betul katamu, aku bahkan belum bisa kencing sendiri tanpa mamaku! Tapi…
(P menyodorkan sebuah apel kepada L)
P: maukah anda menikmatinya sekali lagi, bersamaku, bu Linda.. Lindaku tercinta? Tanpa satupun dari kita harus bertanggung jawab? Lupakan semua tahi kucing itu!
O: bajingan kecil! Kali ini kau membuatku sungguh… jatuh cinta lagi!
(Linda menggigit satu bagian sangat besar dari apel itu)

Act 04. Komedi adalah Tragedi yang bertopeng kebahagiaan

(di kamar yang terang, acak-acakan, Ishak duduk memunggungi Linda. L dalam keadaan sembab, marah, acak-acakan)
L: bagaimana mungkin kamu bisa mengatakan benih ini bukan benihmu? Aku adalah tanah, aku telah memakan buah itu, buah yang kau berikan kepadaku! daging buahnya hancur dalam kenikmatan sesaat, tapi bijinya tumbuh dalam tubuhku, biji ini akan bertunas, berkembang, dan tumbuh besar! Menjadi sebuah individu baru, makhluk hidup baru, yang kelak, akan jadi sepertimu, sebuah pohon besar dan kokoh! Benih yang kau tanam dalam tanah ini… adalah bayi kita!
I: hahahaha, 1000 kali kau katakanpun, aku tidak akan percaya… aku bukanlah yang pertama, aku bukanlah yang terakhir…
(I menoleh kepada L)
I: buat gadis murah sepertimu!
(tangis L meledak)
L: aku… aku bukan gadis seperti itu… segalanya terjadi… karena aku menyayangimu! Dan semuanya hanya denganmu! (L melompat ke kasur, memeluk I )
L: Ishak, pandang aku! Aku kekasihmu, kamu kekasihku, dan kita adalah orang tua bagi kehidupan baru ini! Pegang perutku, dn rasakan denyut kehidupan baru ini! Menolehlah, dan jangan punggungi aku! Kamu satu-satunya, aku tidak pernah tahu pria lain dalam hidupku… selain Ishak! Ishak-ku, pak guruku, yang mengajari tentang nikmatnya daging buah pengetahuan!
I: mulut gadis murah sepertimu tidak bisa dipercaya! Aku bahkan bukan kekasihmu! Apa aku pernah bilang aku kekasihmu? Apa aku pernah bilang aku menyayangimu, Linda, muridku yang cantik? Sikapmu, sebagai seorang mrid, sungguh tidak sopan, kepadaku, gurumu ini… Pergilah, cari ayah bayi itu!
L: Ishak! Berbalik dan pandanglah aku! Kamu bilang aku cantik, kamu bilang aku menarik… kamu bilang… kamu bilang… kamu memang tidak pernah mengatakan kamu sayang aku.. bahkan.. ya, bahkan kita memang bukan sepasang kekasih… kamu hanya bilang…
(Ishak berbalik, memandang Linda)
I: aku bilang hidup ini adalah komedi, jadi, kenapa kamu tidak tertawa saja? Aku masih mau tertawa denganmu, Linda, muridku yang tercantik dan terbodoh di sekolah! Mari kita tertawakan kebodohanmu bersama-sama, bukankah ini hanya sebuah komedi?
(I memegang kedua pipi L)
I: BUKANKAH SEMUA INI HANYA SEBUAH KOMEDI? AYO TERTAWALAH!
L: kamu gila Ishak! Ini tragedy.. ini bukan komedi… aku… aku… aku harus tertawa bersama laki-laki yang menolak bertangung jawab atas bayinya?!
I: bayimu! Hahahahahaha, tragedimu, deritamu! Hahahahahaha, kenapa menangis? Tertawa saja! Tertawa lebih baik daripada menangis! Ayo, tertawakan hidupmu, kau gadis murah!
L: Pak guru, aku hamil, meskipun kita bukan kekasih…. Ini anak anda!
I: hahahha…. kamu tidak punya bukti… dan kamu berusaha merayuku untuk bertangung jawab atas bayi.. entah siapa itu… seperti bertanggung jawab untuk membalik nilai-nilai merahmu jadi biru, karena satu dua kecupan amoral itu!
hahhahahahah, Linda, kita pernah tertawa bersama-sama.. dan ini lucu sekali! Bayi konyol di perutmu itu! hahahahhahaah Ayo, tersenyum, tertawalah lagi bersamaku! Aku senang saat aku bisa membuatmu tertawa seperti biasanya!
L:… aku… aku akan tertawa, kalau anda mengakui anak ini… sebagai anak anda! Aku akan tertawa sekeras-kerasnya, karena aku tahu, tragedy hanyalah komedi yang bertopeng muram! Lepas topeng anda sekarang! Pak guru Ishak, lepas topengmu!
(Ishak berhenti tertawa, diam dan menatap Linda dengan tajam, Linda berusaha tersenyum, menunggu kabar baik… yang tidak pernah keluar dari mulut Ishak)
(kemudian Ishak menampar Linda, sampai jatuh dari kasur)
I: sadarlah, pelacur gila! Dengarkan baik-baik, aku bukan ayah seorang bayi haram! Aku akan menikah dengan seorang wanita suci, yang masih tersegel rapat, aku akan menjadi seorang ayah bagi bayi manis dalam lembaga perkawinan! Bukan suami seorang pelacur, atau ayah seorang anak jadah!
L: be…begitu? …hahahha…itu…lucu sekali… hahhahah.. betul-betul lucu sekali.. aku mengerti sekarang!”
I: tertawalah, kamu lebih manis saat tertawa… dan tawamu… hahhahahahha.. dasar gadis sundal!
(I mengambil sebuah apel, menjejalkannya ke dalam mulut L)
L: Aaargh!
I: kamu mau ini kan? Kamu suka daging buahnya yang nikmat, dan kamu mau menelan setip biji di dalamnya kan? Anjing betina! Makanlah, telanlah, sampai seluruh tubuhmu dipenuhi benihku! Hahaha, tapi sekalipun, tidak aka nada pengakuan bagi bayi seorang pelacur sepertimu!
L: hahahaha.. lucu sekali… lucu sekali Ishak… aku bahkan bukan pelacur! Aku bukan anjing betina!... hahahhahahaha tapi setiap kata-katamu sungguh sangat lucu… dan mencelikanku!!!!
(L mencengkeram kepala I, mendekatkannya sangat dekat dengan wajahnya)
L: anda bukanlah pak guru murah hati yang pernah kukenal… bahkan kamu bukanlah ishak yang memakai aku sehbis-habisnya. Yang kupikir karena kamu mencintai aku… ternyata semua hanya topeng! Hahahahahha, lucu.. lucu sekali kebodohanku!
(menghadap penonton, sambil masih tejatuh duduk)
L: Tertawalah! Tertawalah, karena tawa adalah sebuah kepalsuan! Karena seluruh hidup adalah tragedy… karena komedi adalah tragedy yang memakai topeng kebahagiaan! Hahahha, lucu sekali, sekarang buka topengmu! Bukankah ini adalah tragedy yang bagus?! Hahahahahaha!

Act 5. Linda sang Gorgon

(Linda duduk di sebuah kursi di tengah panggung, dengan tangan terikat, dan mulut dibekap plakban lampu hanya menyorot kepadanya dari atas)
(Ishak masuk dan memegang bahu Linda, kemudian berbicara kepada penonton)
I: gadis ini, muda, cantik, dan menyenyangkan, baru berusia 17 tahun. Gadis ini adalah muridku, saudara-saudara. Gadis paling cantik, sekaligus paling idiot di sekolah! (sambil menjendul kepala L, L mulai menangis) Gadis ini dekat dengan semua pria di sekolah, karena sifatnya yang ceria, dan kecantikannya yang memang luar biasa, lihat! Dia cantik sekali bukan?! Semua pria, termasuk saya senang bergaul dengannya.
Tapi dia mulai mengandalkan talentanya secara berlebihan dan keterlaluan, merayu setiap guru untuk mengubah nilai merahnya menjadi biru, dengan cara seperti ini…
(I membuka plakbannya, mendekatkan pipinya ke bibir L, tapi L meludahinya)
(I menempeleng wajah L)
I: biasanya dengan hangat ia akan mencium setiap guru yang mampu mengubah nilainya… hahaha, konyol sekali. Bagi sebagian guru, tampaknya cukup berhasil, tidak perlu menyebut nama, lihat saja raportnya, yang tiba-tiba jadi penuh angka berwarna biru
(I melemparkan raport ke pennton)
I: hanya sedikit yang berhasil lolos dari jebakan kecantikannya yang mematikan ini… hahah, saya termasuk yang lolos… nilai 3 untuk biologi… hahah cukup memprihatinkan… terutama karena sesungguhnya gadis ini sangat tertarik pada praktek biologi…
Dia sangat suka denga buah yang kita sebut buah pengetahuan tentang kenikmatan di atas kenikmatan… buah yang terlarang itu… tanpa henti dia membicarakan daging buahnya yang nikmat… dan biji-bijinya, benih-benih yang akan bertumbuh menjadi kehidupan baru…
Bahkan dengan bangga, dia mengatakan bahwa dirinya adalah tanah subur, yang siap ditanami dengan benih yang kuat dan kokoh…
Dan sekarang, ada benih yan kuat dan kokoh di dalam sini… hahahahaha
(I mengelus perut L, L tampak hendk mengatakan sesuatu, matanya basah oleh air mata)
I: dia hendak berbicara… saudara-saudara..(I membuka plakbannya)
L: sudah kugugurkan ka…”
I: hebat… bahkan sudah digugurkan! Gadis murah ini rupanya putus asa mencari ayah bagi bayinya! Dia menawarkan anak haram itu pada setiap pria yang dia kenal! Memaksa mereka, satu persatu untuk mengawininya, bahkan saya! Gurunya.. dia meminta saya bertanggung jawab untuk sesuatu yang tak pernah saya lakukan.. bukankah luar biasa sekali gadis ini? Dan lihatlah dia tampak kelaparan.. dia sedang lapar akan dging buah terlarang yang lezat itu… hahaha, pesundal murah…! Saudara-saudara silahkan maju, jika anda ingin memberinya makan, silahkan, naiklah kemari, buatlah anjing betina ini kenyang akan segala hal yang tabu!
(I membuka plakban itu, bersaman itu pula, beberapa pemuda naik ke panggung, membawa apel, dan beramai-amai, berbutan, menjejalkan apel itu ke mulut L)
I: saudara-saudara, saya persembahkan… Linda sang Gorgon!

Act 06. Tragedi telah memakai topeng kebahagiaannya

(O dalam keadaan awut-awutan, berpakaian tidak rapi, begitu pula P, duduk saling memunggungi di kursi malas O, beberapa apel yang sudah dimakan berserakan di kaki mereka. Tangan mereka saling bergandengan.
O:berbeda denganmu, Phili, orang pertama yang kuanggap kekasihku, yang menawarkan buah terlarang yang nikmat itu kepadaku untuk pertama kalinya.. dia tidak pernah mengatakan bahwa dia menyayangiku. Akhirnya, saat topeng komedinya terlepas, aku tahu, dia ternyata adalah tragedy yang hanya menafsuiku, yang membuat penderitaanku menjadi tontonan yang menyenangkan hati penonton panggung sandiwara ini…
(IPmundur, O merebahkan kepalanya di pangkuan P. P memandangnya dengan penuh kasih. O menyapukan jari-jarinya ke bibir P)
O: remaja 16 tahun, dan wanita 52 tahun… adakah komedi yang lebih lucu dari ini? Sudah seharusnya para penonton tertawa terbahak-bahak karena kegilaan ini…
(P membelai rambut L)
P: dan, Lindaku, kamu sungguh menyayangiku?
O: kamu…membuatku jatuh cinta lagi… sesuatu yang tidak lagi kurasakan dalam 30 tahun terakhir… Phili…
(mereka saling berpandangan)
O: makalah itu… tentang Gorgon… apa kamu sudah berubah pikiran?
P: perlukah membicarkan itu saat ini, Linda?
O: makalah itulah yang mempertemukan kita, argument-argumen kita…
(Linda bangkit duduk, memandang Philio)
O: tapi semakin lama, kita semakin melupakan tentang Gorgon, kita sudah melupakan Medusa, dan segala argument kita, kita melakukan segala hal yang menyenangkan bersama-sama, tapi kita, kamu menggantungnya begitu saja!
P: pentingkah hal itu, saat ini, Linda, makalah setengah tahun yang lalu, yang sudah kau beri nilai C untuk penelaahanku akan sejarah Yunani, dan Medusa si Gorgon?
(Linda bangkit beriri)
O: penting! Penting sekali! Karena aku tidak mau kamu berpikiran konvensional seperti laki-laki lain dan masyarakat, yang menjatuhkan tanggung jawab terhadap wanita… dan selalu wanita yang menjadi objek terkutuknya!
P: Linda, sayang, jangan bersikap seperti anak SMA begini!
O: karakterku tetap tidak berubah sejak dulu, saat SMA, sampai sekarang, dan sampai selama-lamanya! Dan aku tidak bisa percaya kepada laki-laki yang tetap menganggap Medusa si Gorgon adalah makhluk menakutkan yang layak mati! Pemikiranmu selanjutnya tentang makalah itu… akan mempengaruhi seluruh hubungan kita!
P: kamu gila! Apa maksudnya?! Apa hubungannya cinta kita dengan makalah itu?
O: aku menarik kata-kataku! Kamu laki-laki, dan kamulah yang harus bertanggung jawab atas semuanya!
P: tanggung jawab apalagi ini?!
O: kamu telah membuat seorang Gorgon jatuh cinta kepadamu (Linda memegang jantungnya)
(keduanya dalam keadaan freeze)
(Linda muda masuk ke scene ini, monolog)
L: aku pernah membaca tentang Gorgon, makhluk mengerikan yang sekarang ini distigmakan kepadaku, yang dianggap pantas mati, seolah dia hidup tanpa perasaan, seolah dia hanyalah monster yang sudah ditakdirkan untuk ditakuti dan diburu manusia.
Tapi apakah itu kesalahannya?
Aku pernah mendengar gadis cantik itu menderita, dan kecantikan itu adalah sebuah luka. Medusa, tidak lahir sebagai Gorgon. Dia adalah seorang gadis cantik putri roh-roh penghuni lautan. Dan, seperti umumnya kisah-kisah tragedy, kecantikan mengawali penderitaannya. Kecantikannya memikat Neptunus, sang dewa penguasa lautan, yang mengejarnya, hendak mencumbui dan memperkosanya.
Medusa berari ke kuil suci Athena, mengharapkan pertolongannya, dan di sanalah Neptunus melampiaskan hasratnya kepada Medusa yang malang.
Dan apa yang terjadi?
Yang terjadi adalah Neptunus tetap menjadi dewa penguasa lautan, dan mendapat penyembahan dan persembahan demi kemurahan hatinya.
Yang terjadi adalah kemurkaan sang dewi perawan Athena yang melanda Medusa, yang dianggap menodai kesucian kuil itu dengan pezinahannya. Kutukan sang dewi melenyapkan kecantikannya, menumbuhkan sisik hijau kasar di atas kulitnya lembutnya yang secemerlang mutiara. Merubah rambut pirangnya yang panjang menjadi sekumpulan viper hidup berbisa. Merubah mata birunya yang mempesona, menjadi mata dengan tatapan maut dalam arti harafiah: membatukan setiap orang yang memandang mata itu.
Dikucilkan dan dicemooh, diuang dari dunia orang-orang hidup.
Itulah nasib malang Medusa, yang sekarang menjadi Gorgon.
Tapi apakah itu dosanya? Sepenuhnya dosa dan tanggung jawabnya?
Dia tidak berzinah sendirian. Tapi seluruh kutukan ditimpakan padanya…
Seluruh kutukan ditimpakan padaku…
Reputasiku, gambaran diriku, karakterku, moralku, dikucilkan, memulai semuanya dari awal, dan dikecewakan lagi dan lagi. Aku sungguh telah menjadi Gorgon yang malang dan menderita, seperti kata Ishak, yang bahagia, denga istrinya yang suci itu.
(O bergerak maju, merangkul bahu L)
O: tapi sekarang gorgon ini telah menemukan laki-laki yang mencintainya… walapun saat ini kami sedang bertengkar, karena pemikiran konvensionalnya tentang kaum kita. Tapi di matanya aku melihat, dia tulus mencintaiku, mencintai kita, Linda!
L: kita gorgon, Linda, kita sudah terkutuk, dan diusiamu yang sudah setua ini, kamu masih berimpi, tentang cinta? Mimpi yang telah lama kita buang, karena kita tahu buah yang nikmat itu hanya berisi nafsu, tanpa cinta…
O: kenapa tidak tertawa saja? Mungkin Ishak benar, bahwa tragedy adalah komedi yang bertopeng kesedihan, dan saat ini tampaknya topeng itu mulai tergeser perlahan, dan komedi mulai menampakkan senyumnya…
L: Linda, jadilah realistis! Kamu wanita tua berusia 52 tahun! Mungkin sekarang sisa-sisa kecantikanmu masih tersisa, tapi lihatlah anak itu! Anak laki-laki kecil yang belum bisa kencing sendiri! Dia bahkan belum masuk usia dewasa! Sampai kapan kamu bisa mempertahankan kecantikanmu yang tinggal sedikit itu?! Sampai kapan dia bisa bertahan mencintai wanita tua yang sebentar lagi akan penuh keriput dan sakit-sakitan?
O: hentikan! Hentikan itu! Dia… dia akan mencintaiku… dan…
L: apa? Dan apa Linda? Perbuatanmu ini kriminal! Bagaimana kalau orang tuanya tahu? Anaknya berkencan dengan gurunya yang paro-baya? Kamu akan menjadi Gorgon sekali lagi, di lingkungan baru ini, di tempat kamu sudah diterima, setelah serangakaian pengucilan yang membuat kita menderita!
O: lagi? Kita sudah menjadi Gorgon, sejak Ishak mengumbar segalanya di sana, merusak reputasi, gambaran diri, dan moral kita, moral Linda, dihadapan semua orang yang mengenalnya. Aku sudah, dan tetap menjadi Gorgon… tak ada kata ‘lagi’… Linda si Gorgon…
(O terdiam sejenak)
L: dan apa maksud ‘dan’ tadi?
O: Gorgon ini sungguh telah jatuh cinta lagi… Gorgon ini menemukan kemungkinan untuk dapat bahagia… bertemu laki-laki yang mencintainya, yang tidak menganggapnya sebagai seorang Gorgon yang mengerikan. Gorgon ini, mncintai Philio, lebih dari dia mencintai Ishak. Gorgon ini akan mengalah… aku akan mengalah, jika sekali lagi aku bertanya, dan dia tetap bertahan pada pemikiran konvensionalnya… Gorgon ini akan mengalah, dan kembali bercinta dengannya… tidak selamanya buah yang nikmat itu berisi nafsu… ada rasa cinta di dalamnya, gadis muda…
L: Linda! Ingat… ingat semua kekecewaanmu, Tragedi bukanlah komedi yang bertopeng muram! Komedilah tragedy yang bertopeng kebahagiaan… itu yang telah kita pegang selama ini, karena yang kamu cinta itu adalah hal mematikan!
O: terserah… terserah apa katamu… aku jatuh cinta lagi sekarang.. aku melihat dunia penuh warna sekarang, seperti saat aku pertama jatuh cinta… semua yang kelabu telah lenyap dari muka bumi ini… biarlah, biarlah kalau komedi itu hanya topeng kebahagiaan dari tragedy… biarlah kalau nanti aku harus mati dalam penderitaan… biarlah komedi tersenyum sekali lagi kepadaku, aku akan lebih bahagia dengan sedikit warna pada usia senjaku…. Walaupun akhirnya adalah gelap gulita… daripada menghidupi hidup yang panjang, stagnan, monoton dengan warna abu-abu!
L: kita telah belajar bagaimana cinta itu melukai kita sedemikian dalam, bagaimana cinta itu mengubah kita menjadi Gorgon! Bagaimana cinta itu palsu dan semu, dan akan menikam jantungu!
(L memegang kedua pipi O) memandang jauh ke dalam matanya
L: kamu telah melihat gambaran wajahmu di dalam mata anak kecil ini, Linda, dan kamu menjadi lemah tak berdaya, seperti patung batu…
O:diapun, telah mnjadi patung batu tak berdaya dengan pandanganku…
L: dia akan segera meninggalkanmu, hentikan ini sekarang, tahi kucing itu cinta!
O: tidak, dia mencintaiku, dia bukan Ishak yang tidak pernah mengatakan cinta!
L: dia tidak akan bertanggung jawab!
O: dia laki-laki dan dia akan bertanggung jawab!
L: kamu kriminal, kalau semua ketahuan, kamu akan disidang dan dipenjara, dan akan jadi lebih buruk daripada Gorgon! Tetap saja kamu yang bertanggung jawab! Tanggung jawab apa yang dipunyai anak kecil?!
O: aku adalah Gorgon.. dan aku tahu bagaimana membuat anak kecil ini bertanggung jawab karena membuatku mencintainya…
L: bagaimana?!
O: kalau dia diam seperti patung batu, diam, tidak bergerak lagi dalam arti sesungguhnya! Dia tidak akan pernah meninggalkanku, dan tragedy tidak akan melepas topeng komedinya sampai kapanpun dalam hidupku!
L: maksudmu?!
(O menggandeng P ke depan panggung ke hadapan para penonton)
O: Lihatlah! Dia adalah seorang laki-laki muda konvensional, yang membuat seorang Gorgon jatuh cinta kepadanya! Dan dia harus bertanggung jawab! Dia bisa mempertanggungjawabkan hal ini, meskipun dia belum bisa kencing sendiri!
(O menoleh kea rah L)
O: dia akan tinggal diam di sini, menjadi milik kita tercinta, seperti patung-patung batu di sarang Medusa si Gorgon!
L: Linda! Jangan!
O: Phili, betapa aku mencintaimu… dan setiap daging buahnya yang segar dan kita nikmati bersama… aku tak akan pernah membiarkanmu meninggalkan Gorgon tua yang malang ini…
P: aku… mencintaimu, tak akan meninggalkanmu, bu guru..
O: selamanya, aku mencintaimu
(O menggorok leher P, P jatuh tersungkur, L menjerit)
(O memndang L)
O: inilah cinta seorang Gorgon… dia akan berada di sini selamana… kamu bia diam sekarang, menutup mulut sombongmu yang berbicara tentang kerealistisan dan moral, dan hidup kita sebagai Gorgon
(O berlutut dan memangku mayat P, tersenyum, dan membelai-belainya, kemudian mengeluarkan sebuah apel)
O: ini aneh, ini irasional, ini amoral, ini gila, ini terlarang, ini tabu… tapi bukankah cinta adalah kompilasi dari segala hal tersebut?
(O menggigit apelnya dalam satu gigitan besar)
(L berjalan, memeluknya dari belakang, kemudian menunjuk kea arah penonton)
L: lihatlah Linda, kamu tidak salah, tragedy telah memakai topeng kebahagiaannya, dan tersenyum kepada kita, bukankah ini adalah komedi yang bagus?
(L mengambil apel dari tangan O, dan memakannya)
O: kalau begitu tertawalah, tertawalah, lepaskanlah… hahahahahahahahahaha
(L dan O tertawa terbahak-bahak)

(setiap hal yang kamu lakukan, memberi dampak jangka panjang buat orang lain, gbu_